Le notizie più importanti

Kisah Perang: Kematian Napoleon Bonaparte dalam Sunyi di St Helena Halaman all

Data:

ST HELENA, KOMPAS.com – Setelah kalah perang lawan Inggris di Waterloo pada 1815, Napoleon Bonaparte mengira dia bakal diasingkan ke Amerika, tetapi dugaannya meleset jauh.

Napoleon diasingkan ke St Helena, pulau terpencil di tengah Atlantik, sekitar 1.930 km dari daratan terdekat di lepas pantai barat Afrika.

Panglima perang Perancis itu mendarat di St Helena pada 15 Oktober 1815, setelah 10 minggu berlayar di laut dengan HMS Northumberland.

Baca juga: Kisah Perang: Misteri Pasukan yang Bersantai di Medan Tempur, Tiba-tiba Orangnya Tambah Saat Pulang

William Balcombe karyawan East Indie Corporation dan pernah menjadi teman keluarga sang kaisar Perancis, menempatkan Napoleon di Briars Pavilion saat tiba di sana.

Namun, beberapa bulan kemudian pada Desember 1815 Napoleon Bonaparte dipindah ke Longwood Household di dekatnya.

Historic British isles mewartakan, rumah itu sangat dingin, seram, dan penuh dengan tikus.

Selama Napoleon tinggal di sana, Sir Hudson Lowe diangkat menjadi Gubernur St Helena. Tugasnya memastikan tawanan itu tidak kabur, dan menyediakan perbekalan untuk Napoleon serta rombongannya.

Meski mereka hanya bertemu enam kali, hubungan mereka dikabarkan tegang dan sengit.

Perselisihan utamanya karena Lowe tak mau menyebut Napoleon sebagai Kaisar Perancis.

Baca juga: Kisah Perang: Ketika Sekutu AS-Kanada Serang Pulau Kosong dan Saling Bunuh, 300 Tentara Tewas

AFP Picture/GIANLUIGI GUERCIA Foto tertanggal 17 Oktober 2017 memperlihatkan ranjang di mana Napoleon Bonaparte meninggal dalam pengasingan di Longwood Residence, St Helena, Inggris.

Lima tahun kemudian Napoleon Bonaparte berhasil membujuk Lowe dan membujuknya untuk membangun Longwood Household baru.

Namun, Napoleon meninggal sebelum pembangunannya selesai, setelah enam tahun diasngkan di pulau St Helena.

READ  COP26-landen bereiken akkoord op klimaatconferentie Glasgow | Buitenland

Setelah Perang Dunia II Longwood House yang baru dihancurkan untuk dibangun industri pemerasan susu.

Longwood Residence sekarang

Kini Longwood Residence dianggap sebagai situs yang paling menyimpan kepiluan akhir hayatnya dibandingkan semua Museum Napoleon.

Longwood Property masih mempertahankan furnitur-furnitur aslinya dari tahun 1821 dan 900 artefak.

Berkat Michel Dancoisme-Martineau Konsul Kehormatan Perancis di pulau itu dan lebih dari 2.000 donatur, replika persis ruangan Napoleon Bonaparte meninggal pada 5 Mei 1821 bisa dibuat.

Napoleon awalnya dimakamkan di SaneValley situs permakaman pilihan keduanya, sampai Perancis diberi izin untuk mengembalikan jenazahnya ke Perancis, 19 tahun setelah kematiannya.

Baca juga: Kisah Perang Saudara Amerika yang Ditonton Warga Sambil Piknik Makan Sandwich

Turis pada 17 Oktober 2017 mengunjungi Longwood House di St Helena, Inggris, yang merupakan kediaman terakhir Napoleon sebelum meninggal.AFP Photograph/GIANLUIGI GUERCIA Turis pada 17 Oktober 2017 mengunjungi Longwood Property di St Helena, Inggris, yang merupakan kediaman terakhir Napoleon sebelum meninggal.

Jenazah Napoleon sekarang bersemayam di Les Invalides, Paris, tetapi pengunjung St Helena dapat melihat makamnya yang kosong, tertutup pagar dan dikelilingi banyak bunga dan pinus.

Penyebab kematian Napoleon Bonaparte sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Ada spekulasi apakah dia diracuni atau mati karena kebosanan.

Ada juga bukti dari otopsi yang menunjukkan dia menderita bisul, yang memengaruhi hati serta ususnya.

Beberapa benda yang pernah dipakai Napoleon sampai sekarang masih awet dan berfungsi baik.

Lampu gantungnya dipakai di rumah dinas Gubernur St Helena, sedangkan salah satu lodge kecil di pulau itu, Farm Lodge, mengklaim memiliki kursi malas dari Longwood House.

Saat ini semua benda-benda Napoleon di St Helena, temasuk Longwood Household, Briars Pavilion, makan Napoleon, dimiliki oleh Pemerintah Perancis.

Baca juga: Kisah Perang: Garis Maginot, Benteng Keropos yang Dibanggakan Perancis

READ  La manifestante indiana Licypriya Kangujam sale sul palco della COP28

articoli Correlati