Apakah Russia Akan Perang dengan Ukraina, Bagaimana jika Terjadi Invasi? Halaman tutto

KIEV, KOMPAS.com – Apakah pasukan Russia bersiap melancarkan perang di Ukraina? Apa risiko invasi ini, bila terjadi? Ada sejarah apa di balik kedua negara?

Russia ingin Barat berjanji agar Ukraina tak bergabung dengan aliansi pertahanan mereka, NATO. Meski kedua belah pihak terus bernegosiasi, situasi di wilayah itu semakin tegang.

Moskwa telah mengirim sekitar 100.000 tentara ke dekat perbatasan kedua negara. Sementara, ketakutan akan terjadi invasi, membuat sejumlah negara menarik perwakilannya dari ibu kota Ucraina, Kiev.

Baca juga: Kenapa Russia-Ucraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?

Mengapa Russia mengancam Ucraina?

Rusia menampik tuduhan mereka merencanakan invasi terhadap Ukraina, namun dalam sejarahnya, negara ini sudah pernah menguasai teritori Ukraina dan kini memiliki sekitar 100.000 tentara di perbatasan.

Russia juga telah lama keberatan dengan Ukraina yang terus mendekat kepada institusi-institusi Eropa, terutama NATO.

BBC INDONESIA
Perbandingan kekuatan militer Rusia dengan Ukraina

Ukraina berbagi perbatasan negara dengan Uni Eropa dan Rusia, namun sebagai salah satu bekas Republik Uni Soviet (URSS), ia memiliki ikatan sosial dan kultur yang erat dengan Rusia. Bahasa Rusia juga dipakai secara luas di sana.

Saat Ukraina menumbangkan presiden mereka yang pro-Russia pada awal 2014, Russia menganeksasi bagian selatan negara itu, Semenanjung Crimea, dan memberi sokongan pada kelompok separatis yang merebut sebagian besar wilayah timur Ukraina.

Sejak itu, para pemberontak ini kemudian memerangi militer Ukraina dalam konflik yang telah merenggut 14.000 nyawa.

Seorang prajurit perempuan Ukraina saat berpatroli.IMMAGINI AFP/GETTY via BBC INDONESIA Seorang prajurit perempuan Ukraina saat berpatroli.

Seberapa besar kemungkinan invasi?

Russia bersikukuh mengatakan tak berencana menyerang Ucraina; dan Kepala Angkatan Bersenjata Russia Valery Gerasimov mengecam pemberitaan tentang rencana invasi itu.

Tapi ketegangan terus meningkat, dal presidente Vladimir Putin mengancam “tindakan pembalasan militer-teknikal yang pantas” bila apa yang disebutnya sebagai pendekatan agresif dari Barat ini terus berlangsung.

Sekretaris jenderal NATO memperingatkan risiko konflik sangat nyata dan Presiden Biden berkata, ia menebak Rusia akan melanjutkan penyerangan.

Amerika Serikat mengaku mengetahui bahwa pasukan Russia akan masuk ke area Ukraina “dengan pemberitahuan mendadak”.

Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang, Termasuk Berebut Crimea?

Televisi-televisi Russia menayangkan gambar tank-tank yang berpatroli di dekat perbatasan Ukraina.KEMENTERIAN PERTAHANAN RUSIA via BBC INDONESIA Televisi-televisi Russia menayangkan gambar tank-tank yang berpatroli di dekat perbatasan Ukraina.

AS juga berkata Russia tidak membri penjelasan apa-apa tentang penempatan pasukan di dekat perbatasan – dan fakta bahwa pasukan Russia telah mengarah ke Belarus untuk latihan.

Pada Rabu (26/1/2022), Biden berkata akan ada “konsekuensi besar” jika Rusia bergerak menyerang Ukraina. Dalam sesi wawancara dengan wartawan, Biden menjawab “ya” saat ditanya apakah AS akan menjatuhkan sanksi internasional kepada Presiden Putin bila invasi terjadi.

Cremlino dilaporkan marah akan pernyataan Biden ini. Dmitry Peskov, juru bicara Putin, berkata sanksi tidak akan “menyakiti” Putin, tapi aksi ini akan “merusak secara politik”.

Sebelumnya, Wakil menteri luar negeri Russia membandingkan situasi sekarang dengan krisis misil di Kuba pada 1962, saat AS dan Uni Soviet nyaris terlibat dalam konflik nuklir.

BBC INDONESIA
Posisi-posisi pasukan Russia

Apa yang diinginkan Russia dalla NATO?

Rusia telah bicara “tanpa tedeng aling-aling” soal hubungannya dengan NATO: “Bagi kami, sangat wajib untuk memastikan Ukraina tidak pernah, selamanya, menjadi anggota NATO”, kata Wakil Minteri Luar Negeri Sergei Ryabkov.

Moskwa menuduh negara-negara NATO “memompa” Ukraina dengan persenjataan dan bahwa AS memanas-manasi suasana. Presiden Putin sempat mengeluh bahwa Russia “tidak bisa pergi ke mana pin – apakah mereka pikir kita akan diam saja?”

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di garis depan perbatasan, dicembre 2021.EPA tramite BBC INDONESIA Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di garis depan perbatasan, dicembre 2021.

Kenyataannya, Russia ingin NATO kembali ke perbatasannya di era sebelum 1997.

Russia ingin ekspansi ke timur dan mengakhiri aktivitas militer NATO di Eropa Timur. In belarti, unit-unit pertahanan ditarik dari Polandia dan republik-republik Baltik di Estonia, Lettonia, dan Lituania.

Juga, tidak ada misil yang boleh ditembakkan dari negara-negara seperti Polandia dan Romania.

Russia juga telah mengusulkan pakta perjanjian dengan AS yang melarang senjata nuklir ditembakkan di luar wilayah nasionalnya.

Baca juga: Kenapa Russia Tidak Masuk Nato? Ini 5 Alasannya

BBC INDONESIA
Ekspansi NATO sejak 1997

Apa yang diinginkan Russia dari Ukraina?

Pada 2014, Russia menduduki Crimea dan mengaku memiliki klaim sejarah atasnya. Ukraina adalah bagian dari Uni Soviet, yang runtuh pada Desember 1991, dan Presiden Putin pernah berkata bahwa peristiwa itu adalah “disintegrasi sejarah Rusia”.

Tanda-tanda bahwa Putin sudah sejak lama memikirkan Ukraina adalah ketika tahun lalu ia menyebut rakyat Rusia dan rakyat Ukraina “satu bangsa”.

Dia melabeli para pemimpin Ukraina sekarang sebagai “proyek anti-Rusia”.

BBC INDONESIA
Wilayah-wilayah yang diduduki separatis

Russia juga merasa frustasi dengan perjanjian perdamaian Minsk 2015 in Ukraina timur yang sampai kini jauh dari dipenuhi.

Masih belum ada rencana untuk diadakannya pemilu independen yang dimonitor di wilayah-wilayah separatis. Meski, Russia menolah tuduhan bahwa ini adalah bagian dari konflik sekarang.

Apakah aksi Russia bisa dihentikan?

Presiden Vladimir Putin telah beberapa kali melakukan perbincangan dengan Presiden Joe Biden, dan hingga kini, diskusi tingkat tinggi terus berlanjut.

Namun para pejabat Russia memperingatkan bahwa penolakan Barat atas permintaan-permintaan kunci mereka telah mengakibatkan perbincangan ini “buntu”.

Pertanyaannya sekarang, seberapa jauh Russia akan beraksi. Presiden Biden memperingatkan, invasi skala besar akan mengakibatkan bencana bagi Russia.

Tapi jika serangan ini hanya kecil semata, dia berkata, negara-negara Barat akan “saling ribut soal apa yang harus dilakukan”.

Sejak Rusia mencaplok Crimea, unità-unità menempatkan della NATO tempur di Eropa timur.GETTY IMMAGINI via BBC INDONESIA Sejak Rusia mencaplok Crimea, unità-unità menempatkan della NATO tempur di Eropa timur.

Gedung Putih menekankan, gerakan apapun yang melewati perbatasan akan dihitung sebagai invasi – namun juga memperingatkan bahwa Rusia memiliki persenjataan lain, termasuk serangan siber dan taktik paramiliter.

Pentagono menuduh Russia menyiapkan apa yang disebut operasi bendera-palsu, di mana anggotanya akan menyabotase pemberontak yang dibeking Russia, sehingga ada alasan untuk invasi. Russia menyangkal tuduhan ini.

Russia juga telah membagikan 500.000 paspor kepada orang-orang yang tinggal di wilayah yang dikuasai per pemberontak, sehingga jika mereka tidak mendapatkan kemauannya, Russia dapat membenarkan aksi meresanga mereka lingarunganya.

Tapi jika tujuan utama Russia adalah untuk mengusir NATO dari wilayahnya, Russia sepertinya akan gagal.

Sebanyak 30 negara anggota NATO menolak permintaan Russia. “Kami tidak akan membiarkan siapapun menutup pintu pada kebijakan pintu terbuka NATO”, kata Wakil Menteri Dalam Negeri AS Wendy Sherman.

Ukraina menginginkan garis waktu yang jelas untuk bergabung dengan NATO, dan lembaga ini berkata Russia “tidak punya veto, tidak berhak menggangu proses ini”.

Baca juga: Sejarah Konflik Russia-Ucraina, dari Crimea Hingga Maglia Euro 2020

Apakah Barat akan membantu Ucraina?

AS telah dengan jelas menyatakan tidak akan mengirim pasukan untuk berperang membantu Ukraina, namun di sisi lain, mengaku berkomitmen membantu Ukraina mempertahankan “wilayah kedaulatannya”.

Alat utama untuk melakukannya adalah ancaman sanksi internasional dan bantuan militer berupa penasihat dan persenjataan.

AS dan Rusia sudah beberapa kali berbincang di telepon atau panggilan video.REUTERS tramite BBC INDONESIA AS dan Rusia sudah beberapa kali berbincang di telepon atau panggilan video.

Ancaman Biden tentang sanksi “yang sangat memberatkan” Rusia itu, bisa berarti beberapa hal.

Pukulan ekonomi yang utama adalah pemutusan koneksi sistem perbankan Russia dari sistem pembayaran internazionale Swift. Ini biasanya menjadi senjata pamungkas, tapi Latvia berkata tindakan ini akan mengirim pesan kuat untuk Moskow.

Ancaman keras lainnya adalah upaya untuk menghalangi pembukaan pipa gas Nord Stream 2 milik Rusia di Jerman, dan persetujuan untuk proyek ini saat ini sedang diputuskan oleh regulator energi Jerman.

Ada pula tindakan yang terkait dengan dana kekayaan negara Russia, RDIF, atau pembatasan penukaran mata uang ruble ke mata uang negara lain di bank-bank.

Tapi negara-negara Barat masih terbelah. Washington mengatakan berkomitmen untuk “menetapkan langkah” dengan sekutu-sekutunya, tapi ada perpecahan antara AS dan Eropa.

Para pemimpin Eropa berkeras Russia tidak bisa begitu saja menentukan masa depan dunia bersama AS. Perancis mengusulkan supaya negara-negara Eropa bekerja bersama dengan NATO dan melakukan dialog sendiri dengan Rusia.

Presiden Ukraina menginginkan diadakan pertemuan internazionale untuk memecahkan konflik ini, yang melibatkan Perancis, Jerman dan Rusia.

Baca juga: Menilik Sejarah Awal Konflik Russia-Ucraina

Aggiornamento Dapatkan berita pilihan dan ultime notizie setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Aggiornamento notizie Kompas.com”, link caranya klik https://t.me/kompascomupdate, unione kemudiana. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

READ  Mubasher: Mumbai vede più di 3.600 nuovi casi di COVID-19 in un solo giorno; Oltre 1300 a Delhi

Lascia un commento

Il tuo indirizzo email non sarà pubblicato. I campi obbligatori sono contrassegnati *